Rabu, 09 November 2011

Test DNA

Ehm... bukan ingin berbicara mengenai test DNA, yang saat ini sedang ramai dibicarakan, yaitu untuk menguji apakah anak yang terlahir (diluar nikah) adalah benar 100% ber"ayah"kan si A atau si B. Kali ini, saya hanya ingin sekedar bercerita mengenai molekul DNA yang subhanallah..subhanallah...dan sekali lagi subhanallah.. begitu kompleks, namun jarang kita mengetahui dan menyadari keberadaannya.

Sebagai contoh, beberapa penyimpangan sifat yang dialami seseorang, ini didasari oleh gen tertentu yang terdapat di dalam DNA. Begitupun, DNA Rasulullah, manusia yang sangat mulia dengan segala sifat dan sikapnya, DNA beliau berbeda.. dan ternyata sangat mempengaruhi seluruh kehidupannya baik pribadi maupun sosial. Begitupun dengan orang-orang jenius lainnya. Namun, DNA tidak tercipta dengan sendirinya, kita (suami dan istri) dapat mengkondisikannya...terutama jika seorang ibu sedang mengandung buah hatinya. Ia dapat men"set" kelak anaknya ingin seperti apa..

Dimana 46 pasang kromosom yang ada dalam diri kita, 23 pasangnya berasal dari ibu dan 23 pasang lainnya berasal dari ayah. Sehingga andil ayah dan ibu dalam pembentukan sifat seorang anak sangat menentukan (paling tidak 50%:50%).

Pendidikan anak berbasis DNA haruslah memperhatikan perbedaan berdasarkan gender (anak perempuan atau laki2). Perlu diperhatikan dengan cermat pula bahwa sesungguhnya instrumen pendidikan memiliki efek pengubah gen atau DNA yang sangat dahsyat. Pendidikan yang baik dan tepat pada seorang anak, termasuk didalamnya pola asuh dan pengondisian lingkungan keluarga, rumah dan ruang sosial yang kondusif akan mendorong gen-gen terbaik untuk diekspresikan dan menjadi pola dasar dalam proses tumbuh kembang. TNA



Apabila kita melihat kemampuan bakteri E.colli yang strukturnya jelas jauh lebih sederhana dari manusia dan ternyata dapat mengubah fungsi gennya sesuai dengan kebutuhan dan proses mengadaptasi kondisi lingkungannya, tentu manusia memiliki kemampuan jauh lebih tinggi daripada itu. Jacob dan Monod dari Pasteur institute membuktikan bahwa E.colli dapat mengaktifkan gen pengolah laktosa ketika dilingkungannya tidak terdapat glukosa. (TNA)

Tahukan kita, bahwa tubuh kita terdiri dari kumpulan banyak sel. Didalam sel terdapat inti sel (nukleus), di dalam setiap nukleus mengandung kromosom. dan di dalam kromosom terdapat DNA, dan didalam DNA terdapat gen yang membawa sifat-sifat baik pada hewan maupun manusia.

Jelas sekali, bahwa DNA dapat terkondisikan seperti apa yang kita inginkan. Sehingga, jangan salahkan jika anak kita pemalas, karena memang sebagai orang tua pun kita suka malas-malasan. ataupun jangan salahkan ketika anak menjadi pemarah, karena toh ayah dan ibunya sering marah2 didepan anak.

DNA adalah molekul superkecil yang beratnya hanya 1 per 200 milliar gram dan lebarnya hanya 1/500.000 milimeter. Molekul DNA menampilkan diri sebagai seutas asam nukleat yang berpilin dalam bentukan rantai ganda.


jadi inget pelajaran biologi SMA..dimana DNA mengandung empat basa, yaitu Adenin, Guanin, Cytosin dan timin. Dimana Adenin temenan harus dengan guanin, begitu juga timin yang harus dengan sitosin. Kalo salah pasangan ya berarti salah jawabannya.. hehee

Nah...dengan informasi diatas, maka kita gak boleh sembarangan dalam mendidik anak-anak kelak. Juga, kita pun gak boleh sembarangan dalam bersikap. Sebagai contoh, ternyata jika ingin memiliki anak pun, juga ada resepnya loh. Hal ini disebut dengan "kecocokan genetika" menurut dr. Tauhid Nur Azhar. Sehingga, bagi yang belum kunjung punya anak menurut beliau berdasarkan kisah Nabi Zakaria, yaitu dengan puasa bicara. Nah loh.. apa itu puasa bicara. Puasa bicara adalah Puasa untuk tidak membicarakan aib orang lain, berghibah maupun bergosip. Hal ini menurut beliau disebabkan karena, ketika kita tengah mengalami cobaan, semakin banyak kita berkeluh kesah dan menceritakannya kepada banyak orang, yang akan paling sedih adalah kita sendiri. Misalnya kita bicara masalah kepada sepuluh orang, setiap kali kita bicara, semakin luka hati kita sehingga kortisol dan skotofobinnya (hormon takut dan cemasnya) naik sehingga rasa senangnya turun.
karena itu Nabi Zakaria AS ketika sedang mengalami kesulitan, maka beliaupun puasa biacara. kesulitannya tidak terus menerus menjadi keluh kesah yang berkepanjangan. Ketika itu proses HPA (hipotalamus pituitary adrenal) bisa berjalan dengan sempurna sehingga fungsi seluruh hormon dalam tubuhnya kembali pulih. dan muncullah nilai-nilai positif sehingga kesedihan berkurang dan kebahagiaan bertambah..Dimana istrinya dapat hamil. Alhamdulillah..

Nah.. jelas sekali kan sekarang, bahwa berfikir positif maupun bersyukur dengan tidak berkeluh kesah, akan sangat mempengaruhi kinerja hormon dalam tubuh..
So...lets do your best. Selain itu, men"set" anak kita kelak, juga dapat dilakukan semenjak masa kehamilan seorang ibu, lanjut hingga anak tumbuh besar. Dimana DNA dapat dikondisikan menjadi apa yang baik menurut Allah dan agama.. Amin.

Allah tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia.
Allahuakbar!!!

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar: